Selasa, 22 September 2015

Sistem Dasar Pekerjaan Sosial
Sistem adalah kumpulan dari berbagai macam sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berarti bahwa jika ada salah satu dari unsur sistem tidak ada, maka sistem tersebut tidak akan berjalan, bahkan boleh dikatakan bukan sebuah sistem. Dalam Praktek Pekerjaan Sosial, sistem dasar merupakan tolok ukur dari seorang pekerja sosial dalam menjalankan pekerjaannya. Ketika seorang pekerja sosial itu sendiri tidak mempunyai sistem dasar dalam prakteknya, maka pekerja sosial tersebut seakan-akan berperang dengan membawa senjata tetapi tidak menyiapkan amunisi.
Pekerja sosial merupakan kegiatan profesional, yang mana terdiri dari 3 (tiga) kerangka berupa kerangka nilai, pengetahuan, serta keterampilan ditambah dengan kegiatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Adapun sasaran dari kegiatan pekerjaan sosial adalah untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat yang bertujuan memperbaiki, meningkatkan keberfungsian sosial, serta mengakses sistem sumber sehingga dapat menciptakan kondisi yang ideal baik bagi dirinya sendisi maupun yang sesuai dengan harapan masyarakat.
Di  dalam melaksanakan tugasnya, seorang pekerja sosial akan berhadapan dengan  berbagai pihak dan berbagai sub system baik di masyarakat maaupun secara kelembagaan. Seorang pekerja sosial harus dapat menentukan bahwa perubahan yang dilakukannya akan menguntungkan pihak siapa, dan tidak memihak pada satu pihak saja (berat sebelah). Perubahan akan dilaksanakan  oleh siapa dan siapa yang akan diubah (sasaran perubahan). Untuk lebih memudahkan pekerja sosial dalam bekerja, maka digunakan sistem dasar dalam praktek pekerjaan sosial yang terdiri dari :
1. Sistem Pelaksana  Perubahan (Change Agent Sistem),
Disini berarti bahwa seorang pekerja sosial mempunyai peran penting dalam penentuan kebijakan. Pekerja sosial dapat mempengaruhi pembuat kebijakan serta mengadvokasi klien sehingga kebijakan yang telah diambil, tidak berat sebelah, namun lebih banyak berpihak kepada kelompok yang termaginalkan.
2. Sistem Klien (Client System),
Sistem ini biasanya disebut Social Case Work, bahwa seorang pekerja sosial harus memanfaatkan klien itu sendiri agar dapat memecahkan masalah. Seorang pekerja sosial harus memeberikan kesempatan kepada klien untuk menjelaskan atau mengungkapkan  permasalahan yang dihadapinya, memperhatikan “Self Determination” dari klien itu sendiri bahwa klien mempunyai hak untuk menentukan dan mengambil keputusan sendiri, serta yang paling penting adalah menjaga kerahasiaan klien (confidentiality).
3. Sistem Sasaran (The Target System),
Sistem sasaran ini berarti bahwa pihak-pihak yang dapat dijadikan sasaran perubahan atau dijadikan media yang dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan pertolongan.
4. Sistem Kegiatan (The Action System).
Sistem kegiatan ini dapat dikatakan bahwa pekerja sosial berupaya untuk menggerakkan warga masyarakat untuk mendapatkan/menciptakan sumber-sumber dalam memenuhi kebutuhan serta membimbing agar warga masyarakat menyadari kekurangannya, memahami akan potensi-potensi atau sumber-sumber yang dimilikinya kemudian memobilsasinya dan berupaya mengatasi masalah secara bersama-sama dalam bentuk kegiatan. Pekerja sosial dapat pula memberikan cara-cara yang penting sehingga dapat digunakan dalam menciptakan interaksi antara bagian-bagian dalam masyarakat, dan memberikan pelayanan perencanaan kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
Pengidentifikasian dan pengklasifikasian sistem-sistem dasar inidalam prakteknya tidaklah bersifat alternatif, melainkan seringkali bersifat selektif, kumulatif, bahkan overlapping. Penentuan sistem klien dan sistem sasaran  misalnya, tidak jarang bersifat tumpang tindih. Misalnya dalam sebuah kasus orang tua yang meminta bantuan Pekerja Sosial untuk menyembuhkan anaknya yang terlibat kenakalan remaja, dapat diidentifikasi bahwa orang tua adalah sistem klien dan anaknya adalah sistem sasaran. Namun demikian, manakala Pekerja Sosial melihat bahwa ternyata kenakalan anak tersebut disebabkan orang tua anak tersebut yang kurang memperhatikan, maka anak dapat menjadi system klien, sedangkan orang tua menjadi sistem sasaran.
Konsepsi mengenai sistem dasar ini menunjukkan bahwa pendekatan pekerjaan sosial bersifat komprehensif dan holistik. Agar proses pertolongan pekerjaan sosial berjalan optimal, maka Pekerja Sosial harus mampu memobilisasi dan mendayagunakan setiap sistem dasar ini secara terintegrasi dan harmonis.